Showing posts with label Tapanuli. Show all posts
Showing posts with label Tapanuli. Show all posts

16 December 2008

The Women Of North Tapanuli Regency

The Women Of North Tapanuli Regency

Pada sore hari saya sedang berjalan-jalan keliling kota Tarutung untuk menghilangkan rasa penat dan rasa kejenuhan. Pada saat itu saya tiba ketemu dengan seorang wanita cantik yang dulunya adalah teman sekuliahku.

“Eh, ito....! Sepertinya ito pernah saya....”, panggilnya kepadaku.
“Aku juga merasa pernah ketemu dengan ito...., tapi di mana ya....”, sambungku bertanya dengan penasaran.

“Oh...iya, kita kan satu kuliah dulu....! Aku Nia..., ito Marada, kan....” , Akhirnya ia teringat.
“Nia...! Oh, kamu rupanya....! Ternyata kamu makin cantik ya...”, Mataku terus tertuju kepadanya tanpa berkedip.

“Ah biasa aja lagi....”, jawab tersipu malu
“Ito lagi ngapain di sini....”, tanyaku.
“Lagi nunggu teman....”

Beberapa menit kemudian Hp Nia berdering dan langsung diangkatnya...
“Halo, abang lagi di mana....”, Tanyanya. “Aku sekarang lagi di simpang empat dekat wartel...”, Sambungnya kemudian.

Ternyata seorang pria keluar dari wartel tersebut sambil memegang tangan anak kecil dan berjalan
mendekati Nia.

“Eh, ternyata abang dan Dyko uda lama di wartel ya...”, tanya.
“Iya, kita balik yuk....”,
“Eh, kenalkan ini suamiku, ito....! Dan ini Dyko anakku yang paling besar....”, Nia memperkenal mereka berdua kepadaku.

“Marada....”,
“Roy....”,
“Aku Dyko, bang...”, sambut Dyko sambil menyalam tanganku.
“Eh, to....! Kami balik dulu ya....”, nia pamit kepadaku.
“Oh, iya....”, sambut dengan perasaan terheran-heran.

Sangat mengherankan memang, hampir membuatku merasa tak percaya. Wanita secantik yang masih tampak muda ternyata sudah punya menikah dan apalagi sudah punya. Yang membuatku tak percaya adalah bahwa wanita tersebut memiliki wajah yang sangat mirip ABG dan tubuhnya pun tak nampak yang baru melahirkan.

Ternyata wanita sekarang sangat sulit dibedakan apakah sudah menikah atau belum, atau masih anak sekolahan. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh perkembangan Teknologi Industri dan berbagai perkembangan obat-obatan sehingga para wanita yang ada di kabupaten Tapanuli Utara sudah seperti para wanita-wanita yang ada di Kota-kota besar, atau bisa dikatakan mirip dengan penampilan para artis-artis Indonesia.

Suatu ketika juga saya pernah bertemu dengan seorang wanita yang baru saja pulang dari les. Tampaknya dia seperti anak kuliahan, terlihat dari wajahnya sudah sangat dewasa penuh dengan tebar pesona. Namun aku bertanya kepadanya bahwa ternyata usianya masih 14 tahun. Dan dia bilang dia masih kelas satu SMP. Wah, perkembangan zaman juga ternyata mempengaruhi si wanita (Gadis) muda tersebut.

Tidak hanya itu saja, di saat aku sedang ke Hot Spring alias Pemandian Air Panas yang ada di Kecamatan Sipoholon. Aku melihat dua orang wanita cantik dan sangat seksi sedang menikmati Soft Drink bersama. Tatkala aku langsung dekati mereka karena sangat tak bisa melewatkan wanita cantik begitu saja. Minimal hanya memandang-mandang saja. Akhirnya kami saling berkenalan dan membicarakan banyak hal termasuk hal-hal yang bersifat pribadi namun tidak begitu dalam dan berbagai cerita.

“Hai, boleh duduk di sini, ito...”, pintaku
“Oh, silahkan, ito....”, sambut wanita yang berlensa minus.
“Kenalkan, saya Marada ...”, aku memperkenalkan diri.
“Saya Yanti....”, sambutnya.
“Lusi...”, sambung.

Ada sekitar 30 menit kami bercerita banyak hal sampai pada akhirnya kami membahas ke hal yang pribadi.

“Maaf to, kalau boleh tanya usia ito Yanti berapa ya...”, tanyaku kepada Yanti.
“Tiga puluh tujuh tahun, to...”, jawabnya sambil meneguk coca colanya.
“Ah, masa...”, aku terkejut. “Ito Lusi berapa...”, beralih bertanya kepada Lusi.
“Usiaku 36 tahun....”, jawabnya santai.

“Ah, yang seriuslah ito bilang”, aku makin bertambah heran. “Masa usia orang ito tidak sesuai
dengan wajah dan badan ito? Berdeketan lagi...”.
“Kalau ito ga percaya, ni KTP-ku...”, Yanti langsung menunjukkan KTP-nya.
“Sekalian KTP-ku....”, sambung Lusi sambil memberikan KTP kepadaku.

Karena aku semakin penasaran akhirnya aku terima dan perhatikan KTP tersebut. Ternyata memang benar usia yang mereka sebutkan. Usia Yanti memang 37 tahun namun di KTP-nya dicantumkan dia belum menikah. Sedangkan Lusi usianya 36 tahun namun sudah menikah. Dilihat dari keterangan KTP masing bahwa mereka satu alamat dan marga mereka sama.

“Orang ito kakak-adik ya...”, tanyaku penasaran.
“Iya, to...! Emang kenapa...”, kata Yanti.
“Ga’ kenapa-napa..., hanya heran aja koq bisa adiknya duluan nikah...”, jelasku kepada mereka.

“Ya, maklumlah....! Mungkin belum waktunya, to...”, jelas Yanti.
“Berarti ito Lusi sudah punya anak...”, tanyaku kembali.
“Iya, tiga orang. Paling besar sudah kelas satu SMP....”, jawan Lusi.

Wah, ternyata wanita sekarang sangat sulit dibedakan. Dari pertemuan tersebut sangat sulit membedakan apakah mereka sudah menikah atau belum, juga sangat sulit membedakan apakah usia mereka masih muda atau sudah tua.

Pengalaman lain, kalau aku amat-amati para wanita (anak gadis) yang merupakan anggota Remaja/Pemuda/i Gereja di GKPI Pearaja Tarutung (tempat aku berjemaat) mereka kelihatannya sudah dewasa, jauh berbeda di waktu mereka memakai seragam SMA di waktu sekolah.

Percaya atau tidak, para wanita secara umum di Tapanuli Utara, secara khusus di kota Tarutung sudah sangat sulit dibedakan. Mohon maaf, penelitian ini memang tidak secara ilmiah saya lakukan namun saya lakukan hanya bersifat pengalaman sehari-hari saja di saat saya bertemu dan berkenalan dengan beberapa wanita. Kecantikan para wanita di Kabupaten Tapanuli Utara sudah tidak kalah lagi dengan para wanita yang ada di kota-kota besar lainnya juga tidak kalah kalau dibandingkan dengan artis-artis Indonesia. Karir wanita juga sudah lumayan di Kabupaten Tapanuli Utara.

Tapi, soal kedewasaan jiwa para wanita di Kabupaten Tapanuli Utara saya belum bisa jelaskan, karena bisa saja usianya sudah dewasa tapi jiwanya belum, atau sebaliknya usianya masih sangat muda tapi jiwanya sudah dewasa.

Ingin lebih jelasnya lagi, kiranya para pembaca langsung saja tanya ama wanita-wanita yang di Kabupaten Tapanuli Utara, atau langsung turun ke lapangan.

Terima Kasih.
Tarutung, 16 Desember 2008
Oleh : B. Marada Hutagalung

23 September 2008

Daftar Link para Calon Bupati Tapanuli Utara periode 2009-2014

Daftar Link para Calon Bupati Tapanuli Utara periode 2009-2014
Secara tidak sengaja saya menemukan beberap daftar link para calon bupati tapanuli utara periode 2009-2014. Namun beberapa lagi saya belum menemukannya.

Daftar Link tersebut adalah :

Ir. Sanggam Hutapea, MM :
http://sanggamhutapea.wordpress.com
http://pilkadataput.blogspot.com/
http://taputnews.blogspot.com/

Ir. Roy Mangontang Sinaga :
http://profiles.friendster.com/81920804

Drs. Wastin Siregar :
http://profiles.friendster.com/81099712

Ir. Eduard Sihombing :
http://www.edwardsihombing.com/

Kepada para pembaca mohon menambah daftar link para calon bupati Tapanuli Utara lainnya.


B. Marada Huataglung

Tarutung, 23 September 2008

28 April 2008

Tarutung (Legenda 1877)

TARUTUNG (LEGENDA 1877)



Dari gbr di atas ini anda dapat menganalisa, bahwa Lahirnya Tarutung terjadi pada tahun1877. Dahulu, Tarutung sudah menjadi tempat perdagangan. Nah, jika ada pada waktu itu ingin membeli atau menjual sesuatu mereka telah membuat suatu tempat bertransaksi.

"Lae.., di dia do hita pajumpang"
, tanya seseorang kepada Temannya (artinya : Dimana kita jumpa?)
"Di bona ni Tarutung i ma..."
, jwb temannya (Di dekat pohon Durian).


Perlu kita ketahui bahwa nama "Tarutung" sebenarnya berasal dari nama buah yaitu DURIAN. Pada waktu itu masih hanya satu pokok pohon Durian. Sehingga mudah dicari orang pada waktu itu.


"Besok kita bertransaksi di dekat pohon durian ya....?
Katanya kepada temannya.
"Baiklah, saya akan usahakn cepat datang...",
jwb temannya.

Sebutan bona ni (pokok/pohon) durian (tarutung) semakin menjadi terkenal dan lama-kelamaan kata 'bona ni' (pokok/phn) tidak disebutkan lagi. Cukup kata "Tarutung" (Durian). Dan sebutan nama buah itulah menjadikan nama Tarutung pada ibu kota Tapanuli Utara ini.


Nah, nih gbrnya....! Perhatikan baik2 bahwa itulah "Bona Ni Tarutung" (Pohon Durian) yang menjadikan nama dan maskot bagi kota kecil ini.



15 April 2008

LAMBANG KABUPATEN TAPANULI UTARA

LAMBANG KABUPATEN TAPANULI UTARA




KETERANGAN LOGO
a. Perisai berbentuk segi lima, melambangkan falsafah/dasar Negara Pancasila;
b. Bintang bersudut lima, di atas dasar abu-abu melambangkan jiwa masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa (Mula Jadi Na Bolon);
c. Pohon Beringin yang rindang dengan akar tunjang/gantung melambangkan kebesaran jiwa/rohaniah masyarakat yang berpegang kepada musyawarah untuk mufakat secara luas/umum, berterus terang dan melaksanakan keputusan secara kegotongroyongan yang dinamis;
d. Segitiga Sama Kaki, menggambarkan makna “Dalihan Na Tolu” (tiga tungku) yang menggambarkan ciri khas dari tata hidup masyarakat yang dalam hal mengambil tiap keputusan mengenai sesuatu yang menyangkut pihak lain selalu dilandasi oleh hasil mufakat secara kekeluargaan;
e. Timbangan, melukiskan sifat/melambangkan tata hukum masyarakat yang mengabdi kepada norma-norma Hukum dan Keadilan, menjauhkan sifat-sifat “Pajolo Gogo” (mengutamakan kekuatan), “Papudi Uhum” (tidak mengutamakan hukum);
f. Pedang “Gaja Dompak”, melambangkan pedang sakti Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja, demikian juga “Bambu Runcing” melambangkan kebulatan tekad dan semangat perjuangan masyarakat melawan/menentang kolonialisme, imperialisme, komunisme dalam segala bentuk, sekaligus melambangkan sikap tegas menghadapi kawan maupun lawan dalam membela dan memperhatikan Pancasila;
g. Lukisan Rumah Batak, “Ulos Batak/Ragi Idup dan Tunggal Panaluan”, melambangkan kekayaan, kebudayaan yang tinggi dari masyarakat sejak dahulu kala, baik di bidang kesenian maupun kepercayaan;
h. Lukisan Pemandangan Indah, yang terlukis dengan gunung-gunung dan pegunungan-pegunungan, sawah/ladang, perkampungan-perkampungan, jalan-jalan lalu lintas, danau serta air terjun, memperlihatkan daerah Tapanuli Utara sebagai suatu daerah yang indah permai dan termahsyur keindahan alamnya dengan Danau Toba;
i. Untaian Padi-Kapas, melambangkan cita-cita hidup dari masyarakat untuk berperikehidupan yang luhur mencapai suatu masyarakat sentosa, makmur dan bahagia, cukup sandang dan pangan;
j. Lukisan Batang Padi dengan 45 butir dan Batang Kapas dengan 17 buah kuntum kapas yang dirangkaikan oleh sebuah pita dengan 8 jalur, semuanya mengingatkan hari keramat Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945;
k. Tulisan/sebutan “Tano Batak”, menunjukkan suatu daerah yang dalam tata negara disebut Tapanuli Utara dalam lingkungan Republik Indonesia, hal yang mana dipertegas dalam Tulisan pita yang merangkai Padi dan Kapas;
l. Kalimat “Arga Do Bona Ni Pinasa” dalam aksara Batak dan bahasa daerah yang dilukiskan di dalam “Ulos Ragi Idup”, mengandung penergtian kecintaan/kesetiaan terhadap pusaka yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang.


Buku yang dipakai :
Buku TAPANULI DALAM ANGKA, diterbitkan oleh Badan Pusat Statiska (BPS) Kab. Tapanuli Utara kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Tapanuli Utara.

Dapat dilihat di web site resmi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara : http://www.taputkab.go.id



Pengunjung

Flag Counter