Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

12 June 2014

Ingatlah

28 May 2014

Font Aksara Batak Toba Baru Untuk Komputer



Puji Tuhan saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan karunia-Nyalah saya berhasil memperbaharui Font/Huruf Aksara Batak Toba yang dibuat oleh Uly Kozok sebelumnya.

Dalam hal ini saya memperbaharui kekurangan Font yang diciptakan oleh beliau dan semua itu adalah untuk menjaga dan mempertahankan budaya kita.

Telah disediakan dua file, satu file Font dan satu file Cara pengetikan.

Silahkan unduh Dokumen Tutorial Penggunaannya dan Fon Aksara Batak Toba:
 


CATATAN: Font ini bisa digunakan di komputer berbasis Linux dan Machintos, namun rumit cara instalnya, cara mudah salin terlebih dahulu fontnya ke komputer Linux/Machintos, klik font tersebut lalu klik tulisan instal.



Marilah kita menjaga, memelihara dan mempertahankan budaya kita.

HORAS!

28 May 2011

Film - Anak Sasada (Bahasa Batak Toba Pertama)



Anak Sasada; Jadi Film Pertama Berbahasa Batak Toba

Budaya Menuju Dunia

Film berjudul Anak Sasada merupakan film pertama menggunakan bahasa Batak Toba, dalam format layar lebar yang mengisahkan tentang kemiskinan dan pendidikan orang di desa yang harus merantau ke kota.


"Para pemain film itu tidak seluruhnya berasal dari etnik Batak Toba. Tetapi ada juga suku Melayu, Jawa dan Simalungun," kata penulis skenario film tersebut, Thompson Hs di Balige, Selasa (24/5) seperti dilansir dari laman MIcom.

Thompson mengatakan, sebagai penulis skenario dia memiliki hubungan profesional dengan produser dan sutradaranya, Pontianus Gea, seorang suku Nias yang pernah studi film di Italia selama dua tahun.


Menurut dia, produksi film Nias sepanjang 11 episode yang dibuat Pontianus sejak kepulangannya dari Italia tersebut menjadi kejutan menarik, ketika seorang di luar suku Batak tertarik bikin film berbahasa Batak Toba, sekaligus membiayainya.

Dia menyebutkan, para pemain yang tidak seluruhnya orang Batak tersebut sangat tertarik untuk belajar bahasa Batak, dibantu penyelaras bahasa, Manguji Nababan, seorang Batakolog yang terlibat dalam proses pembuatan film tersebut. Rekomendasi lokasi syuting, lanjutnya, dilakukan atas kepercayaan produser, dengan total skenario yang murni menggunakan bahasa Batak Toba, meskipun dengan sedikit campuran dialek yang bisa ditemukan dalam percakapan orang Toba selama ini.


"Pembuatan film ini dibantu sejumlah kru orang Nias, yang pernah mengenyam pendidikan lebih maju, sebagai upaya adaptasi film berjudul Ono Sitefuyu yang meraih sukses di pasaran," katanya.

Dikatakan, pengambilan gambar tersebut dilakukan di Kota Balige dengan latar belakang kapal "paronan" (pedagang) dari Bakkara, 24 s/d 26 Mei 2011. Rute pergi dan pulang kapal paronan menjadi lanskap pagi di pelabuhan, ini adalah awal cerita film tersebut.


"Syuting terakhir akan dilengkapi diskusi dan pemutaran cuplikan film di SMU Negeri Plus Yayasan Soposurung Balige, 26 Juni 2011," kata Thompson.

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2011/05/25/228589/126/101/Anak-Sasada-Film-Pertama-Berbahasa-Batak-Toba

28 April 2011

TIGA TUNGKU - Falsafah & Sistem Kemasyarakatan Batak


Falsafah & Sistem Kemasyarakatan Batak disebut "TIGA TUNGKU" :

Toba, Dalihan Na Tolu :
- Somba Marhulahula
- Manat Mardongan Tubu
- Elek Marboru

Simalungun, Tolu Sahundulan
- Martondong Ningon Hormat, Sombah
- Marsanina Ningon Pakkei, Manat
- Marboru Ningon Elek, Pakkei

Mandailing & Angkola, Dalian Na Tolu
- Hormat Marmora
- Manat Markahanggi
- Elek Maranak Boru

Karo, Rakut Sitelu
- Nembah Man Kalimbubu
- Mehamat Man Sembuyak
- Naminami Man Anak Beru

Pakpak, Daliken Sitelu
- Sembah Merkulakula
- Manat Merdengan Tubuh
- Elek Marberru

Toba, “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
Simalungun, “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
Mandailing-Angkola, “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
Pakpak, “Njuahjuah Mo Banta Karina!”
Karo, “Mejuahjuah Kita Krina!”

SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA!

10 September 2009

Chord dan Lirik atau Syair Lagu "O Tano Batak"

Chord dan Lirik atau Syair Lagu "O Tano Batak"

MOHON MAAF, LAGUNYA TIDAK DAPAT DIUNDUH/DIDOWNLOAD KARENA SERVER SITUS PENYIMPAN FILE TIDAK AKTIF LAGI.
Lagu ini diciptakan oleh Bapak Almarhum S. DIS. Sitompul. Lagu ini merupakan lagu persatuan batak. Bagi yang berminat dapat mendownloadnya secara gratis, dapat diperbanyak dan disebarluaskan namun tidak untuk dikomersilkan (diperjual-belikan) karena hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Ada tiga jenis file yang saya berikan kepada anda yang berminat dengan lagu tersebut, yakni : ada dua jenis file yang merupakan partitur lagu O Tano Batak. Pertama dengan Ukuran Width 2552px X Heigth 508px dengan format WinRar : O Tano Batak.rar (872 KB); dan kedua Ukuran Width 698px X Heigth 1100px dengan format JPG : O Tano Batak.JPG (158 KB). Dan File ketiga adalah merupakan Chord dan Syairnya dalam bentuk formar PDF : Chord_Syair O Tano Batak.pdf (113 KB).

Ada pun tujuan saya mempublikasikan lagu ini adalah agar seluruh warga yang bersuku Batak (Toba) tahu dan selalu menjaga budayanya. Apakah masih ada orang Batak yang tidak tahu lagi dengan lagu ini? Mudah-mudahan semua tahu. Dan bila tidak tahu segeralah untuk mengambil dan mempelajarinya serta menjaganya.

Semoga kita tetap menjaga budaya kita agar lestari selamanya dan tidak dicuri suku dan negara lain.

Untuk mendownloadnya, klik :
Download Partitur : O Tano Batak.rar (872 KB)
Download Partitur : O Tano Batak.JPG (158 KB)
Download Syair/Lirik : Chord_Syair O Tano Batak.pdf (113 KB)

Terima Kasih,
B. Marada Hutagalung

http://maradagv.wordpress.com
http://maradahtgalung.blogspot.com


21 April 2009

HORAS

HORAS
Oleh : B. Marada Hutagalung


Horas!!! Adalah sebuah kata (seruan) yang sudah umum diucapkan oleh masyarakat Batak, secara khusus Batak Toba, Simalungun, dan Mandailing. Dan kata ini merupakan ungkapan sapaan yang sudah menjadi ciri khas bagi orang Batak (Toba, Simalungun, dan Mandailing) – sedangkan orang Batak Pakpak menyebutnya Njuah-juah, dan Batak Karo menyebutnya Mejuah-juah.

Penggunaan kata Horas pada umumnya diucapkan untuk menyambut para tamu di berbagai acara adat Batak. Pada acara tertentu kata Horas diucapkan sebanyak 3 (tiga) kali untuk membuka/menutup acara, bahkan diucapkan sebanyak 1 (satu) atau 3 (tiga) kali pada awal dan sebelum penyampaian kata sambutan. Di samping itu juga kata ini diucapkan sebanyak 1 (satu) kali untuk menyapa teman-teman atau keluarga lain. Jika diucapkan kata Horas sebanyak 3 (tiga) kali maka seruan itu akan dibalas juga dengan ucapan kata Horas sebanyak 3 (tiga) kali, demikian juga dengan ucapan seruan kata Horas sebanyak 1 (satu) kali maka akan dibalas dengan seruan kata Horas sebanyak 1 (satu) kali. Sekarang kata ini sudah dipergunakan pada semua acara yang – tentu yang ada kaitannya dengan masyarakat Batak, atau acara yang dipenuhi oleh orang-orang suku Batak meski acara tersebut bukan acara Batak.

Pengertian, juga makna (defenisi) kata Horas sangatlah luas, dan penggunaannya kata Horas juga digunakan tergantung pada situasi waktu dan tempatnya. Namun kita tidak terlalu perlu bingung untuk mengartikan kata Horas karena pengertiannya sama dengan ucapan yang sudah umum dengan budaya suku bangsa lain seperti kata Yahowu, Syalom, Assalamualaikum, dan lain sebagainya, hanya penggunaannya yang sedikit berbeda sesuai dengan tata cara bahasa masing-masing suku bangsa tersebut.


Mari kita lihat cara penggunaanya :
Horas = salam, damai sejahtera; sehat, senang, makmur.
..... Horas ma di hamu sude = damai sejahtera/salam bagi saudara/i sekalian
Parhorasan = berkat, kesejahteraan, kedamaian, kemakmuran, kesenangan, kesehatan.
..... Sai dapot hamuna ma parhorasan = Semoga engkau mendapat berkat/kesejahteraan/kemakmuran
Marhorashoras = merasa senang; menyerukan selamat-selamat.
Manghorasi = menyehatkan orang, merestui, meridoi.
Horas-Horas = selamat-selamat.
..... Sai horas-horas ma hamu di pardalanan da! = Semoga engkau/kalian selamat-selamat di perjalanan!

Di samping itu ada juga arti kata horas tidak sama dengan kata Horas yang dibahas pada topik ini. Artinya, tulisan dan ucapannya sama namun artinya berbeda yakni kata horas artinya keras, contoh dalam penggunaan kalimat yaitu : Hata na horas = kata yang keras (yakni : keras mengenai perkataan, ucapan).

Ada juga pemahaman kata Horas yang dipelesetkan dengan memanjangkan kata tersebut, yang sudah mulai menjadi kata umum bagi orang Batak, yaitu kata Horas dipanjangkan menjadi Holan Raja Sude, jika diartikan perkata: Holan = Hanya; Raja = raja, Sude = semua, maka terjemahannya secara bebas adalah Hanya Raja Semuanya. Bila dikaji lebih dalam bahwa kata yang dipelesetkan menjadi kepanjangan Holan Raja Sude adalah ditujukan kepada orang Batak. Namun, kepada saudara/i pembaca tidak perlu memahaminya secara mendalam karena istilah tersebut tidak ada dalam pribahasa Batak – itu hanya pelesetan saja, mengingat orang Batak dulunya lebih senang atau suka disebut sebagai Raja (raja), anak ni raja (putra raja), dan boru ni raja (putri raja) maka muncul istilah kepanjangan dari kata Horas.

Akhir kata, marilah kita selalu menjaga budaya kita agar tidak punah begitu saja karena itulah merupakan tanda keunikan bagi suku kita masing-masing.


HORAS!!! HORAS!!! HORAS!!!

Sekian dan Terima Kasih!!!


B. Marada Hutagalung

06 March 2009

Klasifikasi Bahasa Batak dan Unduh Fonts-nya

Klasifikasi Bahasa Batak dan Unduh Fonts-nya

Sering kali orang berpendapat bahwa suku bangsa Batak itu satu, dan memang benar. Namun juga berpendapat bahwa bahasa Batak hanya satu, padahal tidak. Memang pada awalnya bahasa Batak hanya satu, namun akibat terjadinya perbauran suku dan budaya maka lahirlah beberapa sub suku atau sub etnis yang juga melahirkan bahasa dan budaya yang agak berbeda satu sama lain.

Terkadang orang-orang batak salah mengartikan yang mana suku bangsa dan yang mana sub suku. Semisal, apa bila ada orang ditanya, Kamu suku apa? Kemungkinan kalau orang Batak Toba menjawab adalah suku Batak. Dan bila ditanya orang Batak lainya, mungkin jawabannya adalah suku Karo, Simalungun, atau Mandailing. Jawaban yang kedua adalah salah.

Mohon maaf kepada orang Batak lainnya, tulisan ini bukan untuk menyudutkan saudara/i sekalian yang beda dengan Batak Toba. Memang kebanyakan orang Batak Toba lebih sering menyatakan dirinya suku Batak dari pada suku Toba. Pemahaman seperti itu adalah benar. Jika saudara/i ditanya suku apa, maka jawablah suku Batak. Dan jika ditanya Suku Batak atau sub suku apa barulah dijawab Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, dan Batak Mandailing-Angkola.

Jenis Bahasa Batak itu ada 5. Bahasa Batak tersebut itu masih serumpun dan masih banyak kemiripan apalagi dalam bentuk tulisan aksara Batak. Bahasa Batak masuk dalam bagian rumpun bahasa Austronesia Melayu Polinesia Barat.

Berikut mari kita lihat ke-5nya, yakni :

1. Bahasa Batak Toba

Bahasa Batak Toba ini meliputi daerah kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir. Bahasa Batak Toba lebih banyak ditemui di berbagai daerah di Indonesia secara khusus di daerah-daerah Batak seperti Tanah Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan sebagainya. Kenapa demikian? karena orang Batak Toba adalah orang suka berdiaspora (merantau dan menyebar ke mana-mana) disertai dengan bahasa Batak Tobanya sehingga bahasanya pun dapat ditemukan di mana saja. Jadi wajar saja jika ada orang Batak Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing-Angkola tahu bahasa Batak Toba dari pada orang Batak Toba tahu bahasa Batak lainnya.

Bahasa Batak Toba masih terdiri 4 dialek, yakni :
  1. Dialek Toba Silindung : meliputi Kota / Kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Garoga, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Pahae Jae (sebahagian dipengaruhi Mandailing-Angkola), Kecamatan Pahae Purbatua (sebahagian dipengaruhi Mandailing-Angkola), dan Kecamatan Simangumban (sebahagian dipengaruhi Mandailing-Angkola);
  2. Dialek Toba Humbang : meliputi Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Muara, Kabupaten Humbang Hasundutan (kecuali Kecamatan Parlilitan karena pengaruh terirtorial daerah kabupaten Dairi);
  3. Dialek Toba Pesisir Pantai Danau Toba : meliputi keseluruhan Kabupaten Toba Samosir;
  4. Dialek Toba Pulau Samosir : hanya Kabupaten Samosir saja.
Sekilas info, perlu kita ketahui Dialek dan Logat itu berbeda. Jadi jangan salah paham. Dialek adalah bagian dari logat, yakni dialek adalah gaya bahasa, cara pengucapan, dan artinya sedikit agak berbeda dengan yang lainnya. Seperti Toba Silindung dengan Toba Humbang. Sedangkan logat adalah gaya bicara yang dipengaruhi oleh gaya bahasa ibu. Contoh : orang Batak bila berbicara dalam bahasa Indonesia tentu gaya bahasanya keras dan seolah-olah berkata-kata kasar; bila orang Jawa berbicara dalam bahasa Indonesia tentu kemungkinan gaya bicaranya akan seolah-olah lembut. Itulah sebabnya ada istilah logat Jawa, logat Batak, dll.


2. Bahasa Batak Simalungun

Bahasa (sahap) Batak Simalungun ini meliputi sebagian daerah kabupaten Simalungun (sebagian lagi dipengaruhi oleh Bahasa Jawa dan Bahasa Batak Toba), sebagian Kotamadya Pematang Siantar (sebagian lagi dipengaruhi oleh Bahasa Jawa dan Bahasa Batak Toba, juga bahasa Indonesia). Aksaranya disebut aksara Surat Sisapuluhsiah.

Bahasa Simalungun terdiri dari 2 dialek, yakni :
  1. Dialek Simalungun Atas : meliputi sebagian Kotamadya P. Siantar, sebagian Kecamatan Serbelawan;
  2. Dialek imalungun Bawah : meliputi kecamatan Haranggaol, Kecamatan Sondi Raya, Kecamatan Silimakuta, dan lain-lain.
Sedikit arti istilah Dialek Simalungun Atas dan Bawah; Dialek Simalungun Atas adalah Dialek yang sudah dipengaruhi oleh budaya lain dan mengarah kepada bahasa Simalungun Modern, sedangkan Dialek Simalungun Bawah dialek yang masih bertahan pada sifat keasliannya.


3. Bahasa Batak Simalungun

Bahasa Karo meliputi Kabupaten Tanah Karo, dua Kecamatan di Kabupaten Dairi (Taneh Pinem dan Tiga Lingga), 2 Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara (Lau Sigala-gala dan Simpang Simadam), beberapa Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, beberapa Kecamatan di Kabupaten Langkat, dan di Padang Bulan (Kota Medan).

Mengenai Dialek ada 6 macam, namun belum dapat disebutkan karena kurang perbendaharaan pustaka (Mohon Maaf). Bahasa Karo kebanyakan dipengaruhi oleh bahasa melayu dan aceh.


4. Bahasa Batak PakpakBahasa Pakpak meliputi Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat. Bahasa Pakpak ini sebagian dipengaruhi oleh Bahasa Aceh dan Melayu. Mengenai Dialek juga belum dapat dijelaskan oleh penulis.
4. Bahasa Batak Mandailing-Angkola

Bahasa Batak Mandailing-Angkola meliputi daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, Kotamadya Padang Sidempuan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), beberapa Kecamatan di Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah. Mengenai Dialek juga belum dapat dijelaskan oleh penulis.
Secara budaya sebenarnya sebutan bahasa Angkola Mandailing itu tidak ada, sebab bila kita bertanya kepada orang Mandailing mengenai bahasa dipakainya, tentu sudah pasti orang tersebut akan menjawab bahwa bahasa yang dipakai ialah bahasa Mandailing. Dan tidak akan mengatakan bahasa Angkola-Mandailing. Demikian sebaliknya bila kita bertanya kepada orang Angkola mengenai bahasa dipakainya, sudah tentu akan dijawab bahasa Angkola. Berarti dengan demikian dapat dibuktikan bahwa bahasa Angkola-Mandailing tidak ada. Sebenarnya itu hanya membedakan dialek saja. Bahasa Batak Mandailing-Angkola sudah dipengaruhi bahasa Minang dan Melayu Pesisir.


Sedikit sebutan Horas dalam Bahasa Batak

Sebutan Horas sudah menjadi ucapan umum untuk memberi sambutan atau sapaan bagi orang Batak. Namun, sebenarnya bila ditelusuri dengan teliti sebanarnya kata Horas hanya dipakai oleh orang Toba, Simalungun dan Mandailing-Angkola (dan memang ada banyak kemiripan dalam bahasa masing-masing). Sedangkan sebutan Horas dalam bahasa Batak Pakpak bukanlah Horas, melainkan Njuah-juah. Sedangkan dalam bahasa Batak Karo disebut Mejuah-juah.

Sedikti bahasa kata Maaf dalam Bahasa Batak

Sering kali orang Batak khusus Toba, untuk mengucapkan kata 'maaf' selalu menggunakan kata 'sori'. Kata tersebut sebenarnya bukanlah bahasa Batak Toba, dan itu tidak ada dalam kamus bahasa Batak Toba sekarang, tapi kemungkinan ada sebutan lain. Seperti : unang be ingot salahhu atau sai pamago ma sian roham angka na roa na huulahon. Kata sori sebenarnya berasal dari bahasa Inggris yakni 'Sorry, tapi kelihatannya cocok kalau diucapkan, sori ma jo (maaflah dulu). Namun kalau digunakan dalam kalimat lengkap, seperti Maafkanlah aku, sorihon ma ahu, wah...sangat rancu. Kemungkinan dulu kata maaf ada dalam bahasa Batak Toba, namun ada faktor tertentu yang menghilangkan kata tersebut.
Sama halnya juga denga bahasa Batak Simalungun dan Mandailing-Angkola. Dan Batak Karo dan Pakpak juga lebih condong menggunakan kata maaf dalam bahasanya yakni maaf juga, yang sebenarnya adalah bahasa Indonesia.


Urutan Bahasa Batak pada sub suku Batak
Maksudnya adalah untuk menelusuri kemiripan Bahasa masing-masing :
Karo -- Pakpak -- Simalungun -- Toba -- Mandailing-Angkola


Unduh Fonts Aksara Batak

Dalam blog ini saya melampirkan dua buah file fonts Aksara Batak yang dikompres dalam format *.Zip, yakni Font Batak.zip (74,3 kb). Masing-masing terdiri dari file dalam bentuk format *.TTF, yakni :
KARON___.TTF
(Karo)
MANDN___.TTF (Mandailing-Angkola)
PAKPN___.TTF (Pakpak)
SIMAN___.TTF (Simalungun)
TOBA____.TTF (Toba)
TOBAN___.TTF (Toba)
VARIN___.TTF (Toba-Tambahan)

Klik Unduh/Download : Font Batak.zip

Caranya memakainya : ekstrak dulu filenya lalu copy-paste ke C:\WINDOWS\Fonts\ dan untuk mengetahuinya buka aja microsoft office, khusus untuk yang menggunakan Windows Vista dan Windows 7, klik (kiri) salah satu font lalau pilih tombol install.
Selamat Menggunakan.


Sebagai catatan :
Marilah kita jaga bahasa daerah kita sebab itu akan menjaga budaya kita, dan jika kita tidak bahasa daerah kita maka budaya kita akan hilang secara lambat laun.



SEKIAN DAN TERIMA KASIH


B. Marada Hutagalung
http://maradagv.wordpress.com

21 December 2008

Kapan ya ada situs Hutagalung yg bisa diakses?

Kapan ya ada situs Hutagalung yg bisa diakses?

Secara tidak sengaja saya mencari situs-situs marga dari google dan ditemukan situs beberapa komunitas marga batak. Dan akhirnya saya temukan situs http://www.hutagalung.org. Tapi sangat disayangkan situsnya hanya tampilan pertama saja. Pengen sekali sih ada....! Ya, demi kemajuan keturunan marga Hutagalung (anak, boru, bere-ibebere) aku buat aja hutagalungcyber.blogspot.com, sekalipun masih didaftar dari situs gratis!

Marada Hutagalung

30 April 2008

Marga Hutagalung

Hutagalung adalah salah satu marga dari suku batak, termasuk golongan batak toba. Hutagalung merupakan salah satu anak dari Hasibuan, memiliki 3 saudara, yaitu Hutabarat, Panggabean dan Tobing. Keturunan marga Hutagalung dilarang menikah dengan sesama marga Hutagalung dan dengan marga Hasibuan. Jika dirunut dari si Raja Batak maka Si Raja Hutagalung berada pada sundut ke 8 : Si Raja Batak -- Raja Isumbaon -- Tuan Sorbadibanua alias Sisuanon -- Siraja Sobu alias Toga Sobu -- Hasibuan -- Guru Mangaloksa -- Hutagalung.

Hutagalung adalah anak ketiga Guru Mangaloksa dan keturunannya inilah yang bermarga Hutagalung. Hutagalung sendiri memiliki dua anak : Miralopak dan Raja Ina-ina.
Berikut adalah keturunan dari :
A. Miralopak
1. Datu Harean --> 1. Dt.Mulia | 2. Dt.nalimuton | 3. O.Ni Hobol | 4. Siboru Oloan
2. Tuan Napitu --> 1. O. Ni UjungOloan | 2. Namoratonggor | 3. Datu Timpus

B. Raja Ina-Ina
1. Raja Inum --> 1. Ompu Guntur | 2. Panagom | 3. O.Riaminum
2. Datu Sorga
3. Sibulung Motung
4. Pantombus
Kelompok Marga Hutagalung di Tarutung merupakan elemen pertama Batak melakukan kontak dengan dunia luar di pesisir barat Sumatera. Mereka menjadi penghubung antara masyarakat pedalaman Batak dan dunia internasional karena profesi mereka yang pedagang.
Di Tarutung, mereka membangun mesjid pertama pada abad-14 dan beberapa mesjid berikutnya namun semuanya dihancurkan oleh penjajah Belanda pada abad ke-19. Keturunan Hutagalung, khususnyanya yang muslim dibasmi oleh Belanda dari Silindung.
Perkampungan Hutagalung terletak di Tarutung antara kampung Hutabarat dengan Panggabean,persisnya disamping sungai Aek Situmandi, di Sumatra Utara.

Dari berbagai sumber.

28 April 2008

Tarutung (Legenda 1877)

TARUTUNG (LEGENDA 1877)



Dari gbr di atas ini anda dapat menganalisa, bahwa Lahirnya Tarutung terjadi pada tahun1877. Dahulu, Tarutung sudah menjadi tempat perdagangan. Nah, jika ada pada waktu itu ingin membeli atau menjual sesuatu mereka telah membuat suatu tempat bertransaksi.

"Lae.., di dia do hita pajumpang"
, tanya seseorang kepada Temannya (artinya : Dimana kita jumpa?)
"Di bona ni Tarutung i ma..."
, jwb temannya (Di dekat pohon Durian).


Perlu kita ketahui bahwa nama "Tarutung" sebenarnya berasal dari nama buah yaitu DURIAN. Pada waktu itu masih hanya satu pokok pohon Durian. Sehingga mudah dicari orang pada waktu itu.


"Besok kita bertransaksi di dekat pohon durian ya....?
Katanya kepada temannya.
"Baiklah, saya akan usahakn cepat datang...",
jwb temannya.

Sebutan bona ni (pokok/pohon) durian (tarutung) semakin menjadi terkenal dan lama-kelamaan kata 'bona ni' (pokok/phn) tidak disebutkan lagi. Cukup kata "Tarutung" (Durian). Dan sebutan nama buah itulah menjadikan nama Tarutung pada ibu kota Tapanuli Utara ini.


Nah, nih gbrnya....! Perhatikan baik2 bahwa itulah "Bona Ni Tarutung" (Pohon Durian) yang menjadikan nama dan maskot bagi kota kecil ini.




Pengunjung

Flag Counter