“Tersenyumlah, Hai Diriku”
Hai pikiranku, mengapa engkau gundah gulana?
Janganlah kiranya terlalu memikirkan masalah hati
Berpikirlah untuk masa depan yang cerah
Hai pikiranku, tersenyumlah…
Hai hatiku, mengapa engkau resah dan gelisah?
Janganlah kiranya terlalu memaksakan perasaan
Bersabarlah untuk waktu yang akan datang
Hai hatiku, tersenyumlah selalu…
Hai jiwaku, mengapa engkau ragu dan bimbang?
Janganlah kiranya terlalu menganggap itu masalah berat
Tentikan pilihanmu untuk kehidupan nanti
Hai jiwaku, tersenyumlah selamanya…
Hai diriku: pikiranku, hatiku, jiwaku
Tersenyumlah dengan sukacita
Anggap semua itu sebagai permulaan
Anggap semua itu sebagai bunga-bunga kehidupan.
Tersenyumlah, hai diriku…!
Tarutung, April 24th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, April 25th 2006
Revised/second rewritten: Tarutung, July 17th 2007